Narkoba, Narkotika dan Zat Adiktif telah menjadi
masalah utama dibidang kesehatan dibeberapa Negara, terutama di indonesia. Ketergantungan atas zat-zat tersebut merusak
generasi muda. Generasi yang seharusnya dapat tumbuh menjadi pemuda
yang kreatif dan menjadi generasi penerus bagi negara ini. Bahkan jumlah
pengguna narkoba di indonesia mengalami peningkatan dari waktu ke waktu.
Menurut data penelitian
Badan Narkotika Nasional (BNN) memperkirakan jumlah pengguna narkoba di
indonesia akan terus meningkat. Tahun 2015, diprediksi angka prevalensi
pengguna narkoba mencapai 5,1 juta orang.
Salah satu upaya
pengurangan dampak penggunaan adalah Program Terapi Rumatan Metadon (PTRM). Metadon adalah opiat sintetis yang dapat dipakai oleh pengguna
narkoba suntikan untuk mengganti heroin bila dia tidak dapat berhenti
memakainya akibat kecanduan. Meski
terapi tersebut sudah dimulai sejak tahun 2003, akan tetapi belum banyak rumah
sakit yang melaksanakan terapi tersebut. Salah satu rumah sakit di jakarta yang
memiliki terapi tersebut ialah RS. Fatmawati.
Apa
itu PTRM ?
PTRM Adalah
pemberian obat metadon harian kepada pasien ketergantungan heroin di institusi
kesehatan seperti Puskesmas atau Rumah Sakit dengan pengawasan langsung oleh
petugas kesehatan. Setiap klien membutuhkan takaran yang berbeda, akibat
perbedaan metabolisme, berat badan dan toleransi terhadap opiat. Sifatnya rumatan atau mempertahankan pasien selama mungkin
menjalani terapi tersebut sampai akhirnya dosis dapat diturunkan bertahap dan,
bila memungkinkan, berhenti. Pada awalnya, klien harus diamati
setiap hari dan reaksi terhadap dosisnya dinilai. Jika klien menunjukkan tanda
atau gejala putus zat, takaran harus ditingkatkan. Umumnya program mulai dengan
takaran 20mg metadon dan kemudian ditingkatkan 5-10mg per hari. Biasanya klien
bertahan dalam terapi dan mampu menghentikan penggunaan heroin dengan takaran
metadon sedang hingga tinggi (60-100mg).
Apa manfaat terapi metadon ?
Dalam risetnya di
Amerika, Metzger, dkk (1993) mengemukakan bahwa dalam kurun 18 bulan pecandu
heroin hampir 3 kali lebih berisiko terinfeksi HIV dibandingkan mereka yang
menjalani rumatan metadon dalam waktu yang sama. Pengamatan RS Fatmawati
Jakarta (2007) yang dimulai pada April 2003 juga menunjukkan penurunan
penggunaan heroin. Sehingga pada Januari 2007 hanya 9.7 persen dari total 246
pasien metadon aktif yang menggunakan heroin. Dari keseluruhan pasien 49 persen
memiliki pekerjaan dan 11 persen dapat kembali bersekolah atau kuliah.
Jadi, metadon
bukanlah solusi utama dari kecanduan. Metadon hanyalah obat yang bertujuan
menghindarkan pasien dari pemakaian heroin. Motivasi diri pasien amat berperan
selama masa terapi, terutama sebelum dosis stabil dicapai yang rentan sekali
untuk memakai kembali heroin.
Bila itu semua tercapai, maka pasien akan mengurangi beberapa dampak buruk
akibat penggunaan heroin secara suntikan sehingga
hidupnya menjadi lebih produktif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar